Oleh H.Ahdiat Gazali Rahman
Ketua KB PII dan Ketua Dewan Pendidikan
Kabupaten Hulu Sungai Utara
Gelar yang tak pernah hapus, tak ada lembaga yang dapat memberikan, tak ada lembaga yang mampu menghapus, sekali gelar itu diberikan, dia tak pernah lagi lepas, seperti gelar-gelar lain yang akan berakhir dengan kata “mantan” kepala sekolah, mantan Lurah, mantan camat, mantan anggota DPR, mantan Bupati dan lain-lain mantan.
Gelar itu berasal dari masyarakat yang merasakan pengabdiannya, melihat tingkah lakunya, menikmati keilmuannya, mengikuti segala lakunnya, gelar yang sangat dipuja dan puji oleh masyarakat, siapa yang patut menerima helar itu?..apa saja yang harus dilakukan oleh Ulama?. Mari kita jabarkan secara singkat, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “Ulama” adalah “ orang yang ahli dalam hal atau dalam pengetahuan agama Islam”sedangkan menurut Islam Ulama adalah berasal dari Bahasa “Alim” “ pemuka agama atau pemimpin agama yang bertugas untuk mengayomi, membina dan membimbing ummat Islam baik dalam masalah-masalah agama maupum masalah sehari hari yang diperlukan baik dari sisi keagamaan maupun sosial kemasyarakatan”.
Ulama adalah guru bangsa dalam hal agama, tempat semua profesi bertanya tentang apa yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan oleh profesi, agar profesi tidak melanggar agama khususnya Islam; Dengan demikian, pengertian ulama secara harfiyah adalah “orang-orang yang memiliki ilmu”. Pengertian ulama secara harfiyah ini sejalan dengan beberapa pendapat ulama sendiri“Ulama adalah orang yang ilmunya menyampaikan mereka kepada sifat takut kepada Allah” (Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin).“Ulama ialah orang-orang yang mempunyai pengetahuan tentang ayat-ayat Allah, baik yang bersifat kauniyah maupun Quraniyah, dan mengantarnya kepada pengetahuan tentang kebenaran Allah, takwa, dan khasysyah (takut) kepada-Nya” (M. Quraish Shihab).“Karakteristik esensial ulama adalah iman, ilmu, dan amal, yang semuanya amat mendalam, berbeda dengan orang biasa, serta mendapatkan pengakuan dan penerimaan dari masyarakat secara kultural” (Mastuhu).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan, ulama adalah:
1. Orang Muslim yang menguasai ilmu agama Islam
2. Muslim yang memahami syariat Islam secara menyeluruh (kaaffah) sebagaimana terangkum dalam Al-Quran dan As-Sunnah
3. Menjadi teladan umat Islam dalam memahami serta mengamalkannya.
Apa yang harus dikerjakan ulama ?
Pertama, Mengajak orang Islam paling takut kepada Allah. “Sesungguhnya yang paling takut kepada Allah, karena ia dianugerahu ilmu, tahu rahasia alam, hukum-hukum Allah, paham tentang yang hak dan yang batil, kebaikan dan keburukan, dsb.
Kedua, berperan sebagai “pewaris nabi” (waratsatul ambiya’). “Sesungguhnya ulama itu adalah pewaris para nabi” (HR. Abu Daud dan At-Tirmidzi)”. Seorang ulama menjalankan peran sebagaimana para nabi, yakni memberikan petunjuk kepada umat dengan aturan Islam, seperti mengeluarkan fatwa, laksana bintang-bintang di langit yang memberikan petunjuk dalam kegelapan bumu dan laut (HR. Ahmad).
Ketiga, Selalu terdepan dalam dakwah Islam, menegakkan ‘amar ma’ruf nahyi munkar, menunjukkan kebenaran dan kebatilan sesuai hukum Allah, dan meluruskan penguasa yang zhalim atau menyalahi aturan Allah.
Sedangkan Pemikir Islam Imam Al-Ghazali bahkan membagi ulama dalam dua kategori, yakni ulama akhirat dan ulama dunia (ulama su’). Salah satu tanda ulama dunia adalah mendekati penguasa. Wallahu a’lam. dari kedua macam itu, bisa dikategorikan dua macam ulama berdasarkan perspektif al-Qur`an: Pertama, ulama akhirat /Rabbani. Yang murupakan ulama yang patut diteladani. Kedua, ulama dunia (buruk) yang harus dijauhi perangainya.
Ulama akhirat atau Rabbani
Mengenai ulama jenis pertama, sebagaimana bunyi surat Fathur ayat 28 yang artinya “
“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama . Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” al-Ghazali dalam “Ihyā` ‘Ulūm al-Dīn” (I/77) mengkategorikan ulama semacam ini sebagai “Ulamā al-Ākhirah” (ulama akhirat) yang kata beliau, selain ‘khasyah’ (rasa takut) juga diikuti ciri lain berupa: khusyuk, tawaduk (rendah hati), berkahlak mulia serta memprioritaskan akhirat daripada dunia (zuhud).
Ulama Dunia
Adalah ulama (buruk) yang tak patut diteladani, karena pemikiran dan tindaknaya hanya demi kehidupan dunia, dan kenikmatan, dengan ciri-ciri sebagai Berikut :
iPertama, menyembunyikan kebenaran (QS. Al-Baqarah [2]: 146).
Kedua, menjual ayat-ayat Allah dengan harga yang murah (QS. Ali Imran [3]: 187).
Ketiga, mengingkari kebenaran yang diyakini (QS. Al-Baqarah [2]: 89).
Keempat, mendistorsi ayat-ayat Allah untuk kepentingan diri sendiri (QS. An-Nisa [4]: 46). Kelima, memanipulasi kebenaran demi mendapatkan keuntungan duniawi yang sedikit (QS. Al-Baqarah [2]: 79).
Keenam mencampuradukkan antara yang haq dan batil,
Ketujuh suka menyalahi janji; tidak takut kepada Allah;
Delepan menyuruh orang berbuat baik tapi melupakan diri sendiri;
Kesembilan berhati keras; suka menyuruh berbuat munkar dan melarang berbuat baik;
Kesepuluh terlalu materialistik dan ciri negatif lainnya yang menunjukkan mereka adalah ulama dunia yang tak pantas diteladani.