Notification

×

Iklan

Iklan

Program GAS PUL STUNTING Hadir Tangani Stunting di Kabupaten HSU Aplikasinya Diantaranya Sedekah Protein dan Telur

Thursday, October 10, 2024 | 10 October WIB Last Updated 2024-10-11T05:59:19Z


Proyek perubahan Kadinkes HSU


AMUNTAI - Proyek perubahan yang dinamai Strategi Penurunan Prevalensi Stunting Melalui Gerakan Masyarakat Peduli Stunting, disingkat ‘GAS PUL STUNTING’.


Proyek ini dikenalkan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Utara, dr Moch Yandi Friyadi, M.Mkes.


Menurutnya, proyek perubahan bagian dari pelatihan kepemimpinan dan manajerial bagi pejabat eselon dua, digelar Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia (LAN RI).


Masih lanjut mantan Direktur RSUD Pambalah Batung Amuntai ini menjelaskan Gas Pul Stunting, di latar belakangi permasalahan seperti masih rendahnya kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan terhadap ibu bayi dan balita.


Termasuk, masih tingginya kasus penyakit tuberkulosis dalam upaya perbaikan gizi masyarakat dan masih rendahnya pemberdayaan masyarakat melalui gerakan masyarakat hidup sehat, serta masih adanya jamban-jamban di pinggir sungai.


Dalam proyek perubahan ini, dirinya mencetuskan empat langkah yang disingkat ‘SWOT’


Dimana terangnya, S (strategist atau kekuatan) dimana dengan komitmen kuat dari kepala daerah dan hadirnya kewenangan yang jelas sebagai penyelenggara bidang kesehatan. 


Sedangkan W (weaknesses/kelemahan) dimana masih ditemukan kerjasama ASN yang belum maksimal dan belum hadirnya gerakan bersama yang melibatkan masyarakat menumbuhkan kepedulian.


Selanjutnya O (opportunities atau peluang) diharapkan tersedianya tenaga relawan kelompok masyarakat dan pecinta kesehatan, tersedianya dana CSR (corporate social responsibility).


Sehingga perusahaan diharapkan memiliki komitmen dan tanggung jawab khususnya pada komunitas dan lingkungan dalam segala aspek operasional khususnya di wilayah ini. Serta ikut dalam memecahkan masalah khususnya stunting.


Untuk T (threats atau ancaman), dimana belum adanya suatu gerakan yang ikut melibatkan organisasi masyarakat dan mindset masyarakat yang mengharapkan bantuan terbiasa dilayani.


Selain itu, hadir juga Project Charter dimana dana desa bisa ikut menggerakkan gerakan ini dimulai dari pelaksanaan penilaian Swasti Saba (Penghargaan kementerian kesehatan kepada daerah yang mampu memenuhi standar tertentu dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat).


Melaksanakan gerakan WC sehat, sedekah protein hewani oleh ASN, Sungai bebas jamban dan peningkatan partisipasi masyarakat melalui suami sayang ibu dan anak.


Masih terang dr Yandi, Gas Pul Stunting ini untuk peranan jangka pendek tentu diawali dengan rancangan peraturan bupati tentang Swasti Saba, surat edaran pelaksanaan sedekah protein hewani ASN berbagai.


Selanjutnya sedekah protein hewani oleh ASN pada satu desa. Untuk jangka menengah pendataan Perbup Swasti Saba dan penilaian Swasti Saba.


Selanjutnya, MoU Dinas Kesehatan dengan TNI, surat edaran pelaksanaan sedekah protein hewani ASN berbagi dan sedekah protein hewani pada dua desa setiap Jumat dan minum susu di sekolah.


Sedangkan, Jangka panjang dimulai penerapan peraturan bupati tentang Swasti Saba,  penerapan gerakan sedekah protein hewani oleh ASN dan mengubah paradigma dan masyarakat tentang tumbuh kembang anak stunting.


“Program ini nantinya secara internal tercapainya indikator kinerja utama, meningkatkan kinerja organisasi menurunkan angka kejadian stunting pada bayi dan balita,” cetusnya.


Untuk manfaat eksternal dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam peningkatan derajat kesehatan dan penurunan stunting, terciptanya sumber daya manusia yang handal dan yang terpenting terciptanya kawasan sehat bersih aman serta meningkatkan imunisasi daerah.


Sumber: Info Publik News

Penulis: Del

Uploder: Tim


×
Berita Terbaru Update