Penampilan para penari |
KOTABARU- Kisahkan sejarah Datu Mabrur dan Ikan Todak di Bumi Sa-Ijaan melalui tarian Kolosal Sendratari Manjulang di puncak Hari Jadi Kotabaru yang ke 74 di Siring Laut Kotabaru, Sabtu (1/6/24) malam.
Tim Produksinya dari Sanggar Seni Pusaka Sa-Ijaan yang dimandoi ka Firhansyah atau yang lebih dikenal di kalangan budayawan Kalimantan Selatan Ifir.
Untuk , pengisi di tari kolosal ini ada sekitar 150 puluh penari, dari anak anak sampai orang dewasa.
Sambil menari, disitu diceritakan bahwa Ikan Todak ini erat kaitannya dengan cerita rakyat yang ada di Kotabaru yaitu seorang sakti bernama Datu Mabrur.
Dimana, Datu Mabrur bertapa di atas di sekitar selat laut Pulau Kalimantan dan Selat Makassar.
Singkat cerita Datu Mabrur ini meminta ke penguasa dunia agar dibuatkan sebuah pulau baru untuk ia hidup bersama keturunannya.
Pertapaan tersebut berlangsung sangat lama hingga suatu malam ada ikan besar panjang dan runcing mulutnya keluar dari laut menyerangnya.
Namun dalam situasi itu Datu Mabrur tenang karena ia sakti dan membuat ikan itu terlontar ke laut.
Rupanya saat itu tidak kapok dan datang lagi bersama ribuan kawannya mengepung Datu Mabrur.
Lagi lagi usaha ikan itu sia sia Datu Mabrur tetap fokus bertapa. Lalu ikan besar pun menghampirinya dengan badan penuh luka dan berbicara kepadanya.
Ikan itu mengaku dirinya Raja Ikan Todak. Dan ia akan menyanggupi permintaan dari Datu Mabrur karena kalah menyerangnya.
Datu Mabrur pun kemudian merawat luka Raja Todak. Sang Raja Ikan Todak ini pun senang menawarkan agar Datu Mabrur untuk datang ke istananya dengan perhiasan yang banyak.
Datu Mabrur menolak serata menjelaskan bahwa pertapaannya bukan untuk itu. Melainkan minta dibuatkan sebuah pulau baru untuk ia hidup bersama keturunannya.
Kemudian Raja Ikan Todak pulang dan Datu Mabrur masih bertapa.
Namun tiba tiba getaran suara gemuruh besar dari dalam laut pun dirasakan Datu Mabrur, ternyata ribuan ikan mendorong daratan.
Saat itu Ikan-ikan itu meneriakkan kata: Saijaan. Sebuah pulau mengapung di hadapan Mabrur.
Kemudian pulau itu menjadi tempat tinggal Mabrur dan diberi nama Pulau Halimunan karena berkabut, seperti dilindungi pagar halimun.
Singkat cerita Pulau Halimunan berganti nama jadi Pulau Laut dan Ikan todak dan Saijaan yang artinya Semufakat, satu hati dan se-iya sekata dijadikan simbol dan slogan Kabupaten Kotabaru.
Reporter: Jumadil.