Notification

×

Iklan

Iklan

Rela Berpisah dari Ibu untuk Sekolah

Thursday, November 3, 2022 | 03 November WIB Last Updated 2022-11-03T14:39:17Z


Haru, momen pamit ke ibu 

- Sarmiatun: Sering Gak Jajan Walau Pun Lapar


TANJUNG -IPN- Sarmiatun (12) putri pasangan Abdul Wahab dan Saima tak kuat membendung air mata. Sementara Saima, ibunya terlebih dulu sesenggukan. Pada kedua mata ibu dan anak ini merembes buliran bening. Keduanya  menangis. Mereka berpelukkan tanda berpisah untuk kehidupan lebih baik.


"Sarmiatun disini sama, ibu (pengasuh) ya. Di sini juga banyak kakak-kakak lainnya. Belajar bisa lebih mudah, boleh tanya pada kakak jika ada pelajaran sekolah," ujar Pengasuh Panti Asuhan, Winda, Rabu malam (2/11) kemarin.


Beban keluarga Abdul Wahab kian hari semakin berat. Terlebih pria yang bekerja serabutan tersebut terkena penyakit komplikasi dan tak lagi mampu untuk membanting tulang. 


Mereka hanya mampu  bertahan  tinggal  di rumah sewaan di Komplek Citra Persada Indah (CPI) Block C Kelurahan Mabuun Kecamatan Murung Pudak, Tanjung Tabalong dengan mengandalkan upah buruh cuci dari isterinya, Saima.


Sekolah Sarmiatun, anak bungsu dari empat bersaudara itu pun mulai terganggu. Dia  yang duduk di bangku kelas 6 SDN Belimbing Raya itu pun takut tak lagi bisa melanjutkan sekolahnya. Sekalipun tak punya uang jajan dan terpaksa menahan lapar, tetap ia bersemangat sekolah.



"Sering gak ada uang jajan. Kalau ada tambahan pelajaran karena sudah kelas enam bisa hingga jam 3. Saya terpaksa menahan lapar, gak bisa jajan seperti teman-teman lainnya," ujar Sarmiatun.


Curahan hati Sarmiatun, ibu dan keluarganya itu disampaikannya kepada Ketua Komunitas Sayangi Sesama (KS2) Tabalong, Erlina Effendi Ilas beberapa waktu lalu.


"Saya gak bisa lagi paksakan anak saya untuk sekolah. Motor tak ada lagi, sementara jika harus bayar jasa ojek minimal 500 ribu per bulan. Sedih juga jika melihat anak begitu pulang dalam keadaan lapar, sementara di rumah kadang hanya tersedia nasi dengan lauk seadanya," jelas Saima.


Ketua KS2, Erlina Effendi Ilas pun menghubungi Panti Asuhan Amal Saleh, Murung Pudak.  Gayung bersambut,  pengasuh,  panti asuhan khusus anak  perempuan tersebut memandang anak dhuafa seperti Sarmiatun yang punya semangat sekolah tidak boleh kehilangan kesempatan untuk sekolah.


Persyaratan administratif pun disiapkan. Kelurahan Mabuun bekerja sigap. Pelayanan administratif yang dimohonkan KS2 selesai dalam waktu sangat singkat hanya dengan menggunakan teknologi. Sarmiatun siap lahir batin untuk "mondok" di Panti Asuhan Amal Saleh.


Ketua KS2 Erlina Effendi Ilas mengatakan, setiap ujian dari Allah SWT merupakan bentuk pendewasaan bagi hamba untuk bertumbuh dalam mengambil pilihan keputusannya. Jika tetap bersangka baik dan pantang menyerah, maka selalu ada jalan dan akan terhubung kepada pihak baik lainnya.


"Kita warga Kelurahan Mabuun ini beruntung punya Pak Lurah dan pegawai kelurahan yang memahami betul pelayanan publik. Apapun urusan kependudukan di kelurahan Mabuun, sepanjang yang saya tahu selalu dimudahkan. Kelurahan Mabuun adalah contoh bagi pelayanan publik bagaimana ASN itu ada untuk berhikmat kepada rakyat," jelas Erlian Effendi Ilas.


Dia pun membeberkan betapa Sarmiatun diterima dengan sikap penuh kekeluargaan ketika diantar KS2 ke Panti Asuhan Amal Saleh.  Tak ubah seornag anak yang bertemu orang tuanya, Sarmiatun dipeluk dan dimotivasi untuk terus bersemangat.


Jadilah, Rabu malam tanggal 2 November 2022 itu sebagai malam mengharukan. Sarmiatun dan Saima saling menangis dalam pelukan penuh haru. Mereka berpisah sejenak untuk kehidupan mereka yang lebih baik. 


"Akhir pekan, atau Ahad, Bu Saima boleh jenguk Sarmiatun di sini. Masih satu kota, satu kecamatan, dekat. Semoga semuanya berjalan baik untuk hal lebih baik," jelas pengelola Panti Asuhan Amal Saleh.


"Makasih Panti Asuhan Amal Saleh, KS2 Tabalong dan Kelurahan Mabuun yang sudah  menyelamatkan sekolah Sarmiatun, anak kami," ujar Saiman.*


Uploder: Tim



×
Berita Terbaru Update