Oleh: Erlina Effendi Ilas
Ketua Komunitas Sayangi Sesama (KS2) Tabalong
Waktu santai ketika itu buyar. Group WhatsApp UPBS ramai. Kebakaran di Desa Laburan, Kecamatan Murung Pudak Tanjung Tabalong menjadi concern di group-group UPBS medio 17 Maret 2021 lalu.
Tak berpikir panjang, Muhammad Naupal Al Wafi alias Opal (14) bergegas. Sebagai relawan pemburu api, sensetifitasnya terasah. Dengan sigap dan sekejap, Opal sudah meluncur ke markas UPBS Prima, Mabuun, di bawah pimpinan, Atok.
Menjadi relawan pemburu api sudah dilakoni Opal selama dua tahun terakhir. Hampir setiap ada informasi kebakaran, pahlawan pemburu api ini terlibat. Pernah suatu hari tubuh mungilnya terpental ketika selang air pemadam tersangkut. Tapi dia segera bangkit dan beraksi lagi.
Opal tak bisa diam jika mendengar informasi ada kebakaran. Jiwa kerelawanannya melonjak-lonjak menyuruh segera turut memberikan pertolongan. Tak sekali dua, dia terlibat melakukan pemadaman dan pencegahan api melalap lebih banyak lagi bangunan warga.
Tapi naas untuk kala itu, setelah bersiap di Markas UPBS Prima, mobilnya yang melaju baru sekira 200 meter tiba-tiba dipotong oleh sebuah mobil Agya persis di depan putaran Tabalong Expo.
Walaupun unit pemadam diberikan keistimewaan prioritas dalam jalan raya sebagaimana pasal 134 UU No 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, tak semua pengguna jalan raya memahami hal itu.
Kalau rombongan presiden saja saat kunjungan ke Kaltim dan mengalah saat ada sirene ambulance tapi tidak bagi sebagian masyarakat awam kita. Sebagiannya masa bodoh.
"Padahal kami sudah memberikan aba-aba melalui sirene dan lambaian tangan supaya bertahan di tengah-tengah belokkan. Tapi tak diindahkan oleh mobil Agya dan terus melakukan manuver dengan memotong laju ini UPBS Prima," Jelas Opal.
Pengemudi repleks membanting setir ke kanan hingga mobil UPBS yang ditumpangi Opal nyasar ke sebalah jalan raya yang berlawanan arah. Tragisnya unit UPBS disambar oleh sebuah Innova yang juga melaju dari arah berlawanan.
Kecelakaan tak terelakkan. Kedua mobil tersebut rusak berat. Semuanya selamat. Hanya Opal yang setengah mati. Dirinya pinsan beberapa saat dan tersadar ketika didapatinya kakinya terjepit dasboard. Opal duduk di kiri driver ketika itu.
"Saya coba buat bergerak tapi tak mampu. Belakangan saya sadar tulang paha saya patah, karena ada tulang yang menonjol keluar dari daging."
Tak seorang pun yang menolongnya saat itu karena posisinya yang terjepit. Sementara teman-temannya yang lain sudah dilarikan ke RSUD Badaruddin. Opal mencoba menarik pergelangan kakinya yang terjepit hingga dapat keluar dari himpitan dasboard.
"Ada mobil rescue dari perusahaan tambang yang membantu saya. Kaki saya kemudian diluruskan dan diikat sebelum dilarikan ke rumah sakit," ujar Opal.
Kondisinya yang kritis dengan mengalami patah tulang di tiga bagian kaki kirinya, mengalami kendala dalam penanganan medis. Prosedur penangan covid berlaku. Setelah menjalani serangkaian tes, Opal dinyatakan positif covid dan harus menjalani isolasi di rumah sakit
"Baru di hari ke 15 saya dioperasi. Satu bulan dalam perawatan, ternyata ada patahan baru di tulang paha saya. Tampaknya sebelumnya ada retakkan," beber Opal sambil mengerjakan tugas sekolah online di rumahnya di Flamboyan.
Sudah 5 bulan Opal menjalani pasca kedua operasi, tapi kondisinya belum juga pulih. Di batang pahanya, selalu mengeluarkan cairan nanah. Keadaan itu membuatnya harus dirujuk ke RSUD Ulin Banjarmasin.
Rencananya, Opal akan diperiksakan dan diambil sampelnya. Ada dugaan patahan pada tulang pahanya yang mengalami patah menjadi tiga bagian itu ada yang tidak tumbuh. Dikatakan juga ada rongga di dalam pahanya dekat tulang.
Opal yang masih mengalami trauma masih berjuang di jalan yang panjang. Terlebih orang tuanya sudah mulai kehabisan sumber pendanaan untuk menjalani operasi baru di RSUD Ulin.
"Kalau saja ada yang masih bisa dijual, saya akan jual demi Opal. Permasalahannya tidak semua penanganan Opal ditanggung oleh BPJS, ada biaya-biaya lain yang harus dibeli sendiri," ujar Lini Marlina, Ibunda Opal.
Ibunda Opal berjuang pantang menyerah untuk anaknya. Tetapi hingga titik hari ini, ia menyadari bahwa perjuangannya sedang menyentuh dinding-dinding keterbatasannya.
Ibunya masih menaruh harapan bahwa pahlawan pemburu api ini masih bisa diselamatkan dari kondisinya sekarang. Dia berharap ada pihak yang bermurah hati kepada keterbatasannya saat ini.
Pahlawan pemburu api adalah pahlawan tanpa tropi. Hampir tak pernah terdengar apresiasi atas semangat juang mereka dalam mengendalikan kebakaran. Tak ada honor apalagi gajih, tapi ketika kemanusiaan memanggil kerap mereka pun pertaruhkan nyawanya sendiri.
Tapi sikap kepahlawanan itu kerap bertolak belakang dengan nasib mereka. Hampir tak pernah dikenang, ketika mereka terpuruk dan membutuhkan uluran kemanusiaan, sebagaimana mereka pernah lakukan.
Ini bukan soal meminta dibelaskasihani. Tetapi ini soal moralitas dan solidaritas kemanusiaan. Ketika kebakaran terjadi, relawan UPBS berbondong-bondong memberikan pertolongan. Tapi, diketika pahlawan itu terkapar seperti Opal sekarang siapa yang ambil peduli?
Pertanyaan saya sekali lagi siapa? Pahlawan pemburu api, nasibmu kini.*