Sleman - Info Publik News. Kapolres
Sleman AKBP Rizki Ferdiansyah angkat bicara terkait polemik gundulnya 3 guru
SMPN 1 Turi yang menjadi tersangka Isfan Yoppy Andrian atau IYA (36) guru
olahraga, Riyanto atau R (58) guru seni budaya, dan Danang Dewo Subroto atau
DDS (58) berprofesi swasta.
AKBP Rizki
Ferdiansyah menegaskan pihaknya
menangani kasus susur sungai SMPN 1 Turi sesuai prosedur.
"Pada
prinsipnya, penyidik Satreskrim melakukan penyidikan dengan hati-hati dan
prosedural. Karena, rekan-rekan juga tahu bahwa ini kasus nasional. Kita juga
melakukan secara prosedural. Tidak mungkin kita melakukan secara semena-mena
tanpa kehati-hatian," ujar AKBP Rizki Ferdiansyah di Polres Sleman , Rabu (26/02/2020).
"Kan
banyak yang tanya, pembina ada banyak, tetapi kenapa tersangka baru segini, kan
kita belum bisa menentukan perannya masing-masing. Jangan sampai kita memeriksa
orang yang tidak salah," tambahnya.
Di
samping itu Propam Polda DIY juga turut mengawasi penanganan kasus ini.
"Yang
terpenting, dan harus saya sampaikan, saya bisa seperti ini karena guru.
Kasatserse bisa seperti ini juga karena guru. Tidak mungkin kita memperlakukan
guru tidak manusiawi. Kita tetap pada koridor dan aturan yang ada, itu kita
laksanakan. Mudah-mudahan ini bisa clear," ujarnya.
AKBP Rizki Ferdiansyah mengatakan meski tersangka meminta sendiri untuk dipotong gundul, namun tim
Propam Polda DIY tetap turun ke Polres Sleman.
Sebelumnya,
ketiga tersangka ini mengatakan bahwa potongan gundul mereka saat ini adalah
inisiatif pribadi karena tidak ingin
dibedakan dengan tahanan lain dan demi keamanan.
Mereka
juga minta agar memakai seragam yang
sama dengan tahanan lain dengan bengan begitu mereka akan aman berbaur dengan
tahanan lain dan tidak membuat yang lain iri.
Ketiganya
dijerat pasal 359 dan 360 KUHP lantaran lalai hingga menyebabkan orang lain
meninggal dunia dan luka-luka.
Sebelumnya
dilaporkan sejumlah siswa SMPN 1 Turi hanyut dan tenggelam saat
sedang mengikuti kegiatan Pramuka susur Sungai Sempor, Pedukuhan Dukuh, Desa
Donokerto, Turi pada Jumat (21/2/2020).
Dari
informasi yang dihimpun, kegiatan Pramuka itu diikuti sekitar 256 siswa , rinciannya
adalah 127 siswa kelas VII dan 129 siswa kelas VIII.
Kronologi
singkat insiden tenggelamnya siswa itu.
Pukul
15.20 WIB Ratusan siswa SMP Negeri 1 Turi menggelar kegiatan Pramuka dengan
tema susur sungai. Pada saat itu, di desa sekitar belum turun hujan. Namun,
kondisi di hulu hujan deras. Walhasil, luapan air menghantam rombongan yang
tengah susur sungai itu.
Pukul
15.30 WIB Air mulai meluap dan menerjang para siswa yang sedang susur sungai.
Ada sejumlah yang hanyut dan tenggelam. Sebagain siswa langsung naik ke
permukaan dan pulang sebelum didata terlebih dahulu oleh kepala dusun dan
otoritas terkait. Sehingga, data korban hingga saat ini masih belum valid.
Pukul
15.45 WIB Warga menginformasikan ada yang hanyut ke BPBD setempat.
Pukul
16.00 WIB BPBD Sleman menerjunkan tim untuk mengevakuasi dan mencari siswa yang
hilang.
Proses
evakuasi ini sendiri berlangsung selama tiga hari sejak kejadian yakni hari
Jumat (23/02/2020) hingga Minggu (23/02/2020) pukul 07.45 WIB
seiring dengan ditemukannya kedua korban terakhir.
Posko
pusat operasi SAR Sungai Sempor 2020 pun ditutup pada pukul 08.00 dan menandai
berakhirnya pencarian.
Berdasarkan
laporan yang diperoleh dari Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD DIY dari kejadian
tersebut dikonfirmasi bahwa ada sebanyak 216 siswa ditemukan dalam kondisi
selamat , sementara itu jumlah korban meninggal ada 10 siswa.
Yang
diantaranya 3 berasal dari kelas 8 diketahui korban berinisial SA (15), NA
(15), LZ (15).
Sementara
korban meninggal dari kelas 7 diantaranya AR (13), KNS (14), EPL (13), FD (13),
NF (12), YB (13), ZI (12).
"Terkonfirmasi
selamat 216 siswa, terkonfirmasi luka-luka 23 siswa (rawat inap tinggal 1
orang), meninggal dunia 10," tulis dalam TRC BPBD DIY dalam rilisnya.