Notification

×

Iklan

Iklan

"Kota Wali" Cirebon Darurat Preman Dan Bandit Jalanan

Monday, September 9, 2019 | 09 September WIB Last Updated 2019-09-09T02:44:05Z

Cirebon - Info Publik News. Tewasnya santri Ponpes Husnul Khatimah asal Kalsel Muhammad Rozian (17),   Jumat (08/09/2019) tak membuat dua pelaku seakan merasa berdosa , malah selanjutnya mereka  menyasar korban lainnya di Jalan Kesambi Kota Cirebon.



Korban diketahui bernama Zulva Fuadi  (23) warga Desa Kalijambu, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal. Korban saat kejadian sedang jalan kaki bersama temannya Zainul Majid.



Mereka  tidak sampai ditusuk pelaku, karena menyerahkan harta benda. Modus pelaku  dalam aksinya sama seperti yang dilakukan terhadap alm. Mohammad Rozian yakni  mendesak korban dengan pertanyaan menuduh telah memukuli teman mereka.




Kasus ini membuktikan  aksi preman dan bandit jalanan di Cirebon sudah mencapai status darurat.  Maka  Kota Wali ini pun rela menyandang status darurat  kekerasan, kenakalan remaja dan  keamanan.

Badik yang digunakan menusuk korban Muhammad Rozian


Dikutip dari Radar Cirebon, pada awal tahun 2019, tepatnya pada 10 Februari 2019, satu nyawa juga melayang akibat aksi kekerasan yakni  Andri (21) yang merupakan warga Desa Banjarwangunan, Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon. Andri  tewas setelah dikeroyok sekelompok pemuda di kawasan Sucimanah Kelurahan Jagasatru Kota Cirebon.



Sabtu 17 Agustus 2019 ,  Mohamad Indra Jaeni  (18)  meregang nyawa setelah terkena luka bacok didada sebelah kanan saat terlibat tawuran dengan kelompok remaja lain di depan Pasar Jagasatru Kota Cirebon



Kejahatan jalanan berupa pembacokan oleh orang tak dikenal banyak terjadi di jalur Pantura khususnya di Jalan Raya Gunungjati. Peristiwa pembacokan demi pembacokan terjadi dan mengintai setiap warga yang melintas.



Umumnya, pelaku beraksi saat tengah malam atau dini hari. Beberapa di antaranya terjadi pada malam Minggu atau Sabtu Malam. Para pelakunya gerombolan bermotor.



Aksi pembacokan terjadi pada Minggu 24 Februari 2019 sekitar pukul 00.30 WIB, di dekat kantor Camat Gunungjati, Kabupaten Cirebon.



Akibatnya, tiga orang yakni Akbar Tanjung, Casdira dan Pendi harus mendapatkan puluhan jahitan akibat luka robek di kepala. Para korban mengaku tidak mengenali pelaku yang datang secara tiba-tiba dan langsung menyabetkan senjata tajam berupa celurit.



Berikutnya, pada Sabtu 11 Mei 2019, empat orang pemuda kembali menjadi korban ganasnya bandit jalanan. Para korban yakni Turino (22), Carlan (22), Sadi (22) dan Sarudi (20) harus dilarikan ke rumah sakit akibat luka bacok di kepala.



Para korban merupakan warga Kecamatan Suranenggala dan Gunungjati, Kabupaten Cirebon yang  baru saja pulang setelah menikmati malam minggu di Kota Cirebon.



Sesampainya di Jalan Raya Gunungjati tepatnya di Desa Klayan, iring-iringan kendaran para korban dipepet para pelaku yang menegndarai 8 motor. Tak lama, para pelaku langsung menyebetkan celurit ke arah korban. Para korban dilarikan ke Rumah Sakit Pertamina Klayan untuk mendapatkan perawatan medis.



Kapolres Cirebon Kota AKBP Roland Ronaldy mengaku sudah memprediksi berbagai peristiwa penganiayaan khususnya yang terjadi belakangan ini.



Ia pun melakukan berbagai langkah untuk mengantisipasi namun hal itu belum cukup membendung maraknya pelaku kejahatan jalanan.



“Saya sudah saya sampaikan jauh-jauh hari, mulai dari tawuran dan segala macam. Makanya kita lakukan berbagai tindakan, mulai dari imbauan ke guru, operasi, melakukan penangkapan, dan penegakan hukum. Kita tidak ada toleransi walaupun itu pelaku anak di bawah umur, itu sudah saya lakukan,” papar Roland.



Untuk mengatasi ini semua  Roland berharap  perlunya  peran serta semua pihak, termasuk Pemerintah Daerah yang tidak boleh menutup mata.



“Pemda sudah harus dan secepatnya melakukan tindakan melalui aksi dan berbagai kebijakan. Salah satu contohnya penertiban anak jalanan atau pun remaja yang tertangkap melakukan tawuran,” kata Roland.



Roland kecewa para pelaku  dilepas begitu saja tanpa  ada tindakan dengan pembinaan.



“Karena kita kesulitannya itu, misal ada premanisme  kemudian kita amankan, terus tidak kita apa-apakan, harusnya Dinas Sosial disitu bergerak. Menampung kah, dibawa ke sana, dibina, dan lain-lain. Karena kita tidak bisa apa-apa, jadi cuma nangkep, lepaskan lagi, datakan lepaskan lagi, nggak bisa kita lakukan karena tidak ada perbuatan. Hanya upaya pencegahan,” kata Roland.



Kapolres ini juga tidak keberatan jika Kota Wali ini disebut rawan atau sangat rawan.



Sebab, pelaku tidak hanya beraksi saat tengah malam dan dalam kondisi sepi. Mereka juga tidak melihat siapa korbannya.


“Iya, sudah sangat rawan. kita terus coba pengungkapan, cuma  yang disayangkan, warga di sana (lokasi penusukan  Muhammad Rozian di Jalan Dr Cipto Mangunkusumo, red) juga kurang respons. Ada orang minta tolong tidak menggubris, jadi harus sama-sama ini,” tegas Roland.

×
Berita Terbaru Update