Cirebon - Info Publik News. Tewasnya
santri Ponpes Husnul Khatimah asal Kalsel Muhammad Rozian (17), Jumat
(08/09/2019) tak membuat dua pelaku seakan merasa berdosa , malah selanjutnya mereka menyasar korban lainnya di Jalan Kesambi Kota
Cirebon.
Korban diketahui bernama Zulva Fuadi (23) warga Desa Kalijambu,
Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal. Korban saat kejadian sedang jalan kaki
bersama temannya Zainul Majid.
Mereka tidak sampai ditusuk pelaku, karena menyerahkan harta benda. Modus
pelaku dalam aksinya sama seperti yang dilakukan terhadap alm. Mohammad Rozian yakni mendesak korban dengan pertanyaan menuduh
telah memukuli teman mereka.
Kasus
ini membuktikan aksi preman dan bandit
jalanan di Cirebon sudah mencapai status darurat. Maka Kota
Wali ini pun rela menyandang status darurat kekerasan, kenakalan remaja dan keamanan.
Dikutip
dari Radar Cirebon, pada awal tahun 2019, tepatnya pada 10 Februari 2019, satu
nyawa juga melayang akibat aksi kekerasan yakni Andri (21) yang merupakan warga Desa
Banjarwangunan, Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon. Andri tewas setelah dikeroyok sekelompok pemuda di
kawasan Sucimanah Kelurahan Jagasatru Kota Cirebon.
Sabtu
17 Agustus 2019 , Mohamad Indra Jaeni (18) meregang
nyawa setelah terkena luka bacok didada sebelah kanan saat terlibat tawuran
dengan kelompok remaja lain di depan Pasar Jagasatru Kota Cirebon
Kejahatan
jalanan berupa pembacokan oleh orang tak dikenal banyak terjadi di jalur
Pantura khususnya di Jalan Raya Gunungjati. Peristiwa pembacokan demi
pembacokan terjadi dan mengintai setiap warga yang melintas.
Umumnya,
pelaku beraksi saat tengah malam atau dini hari. Beberapa di antaranya terjadi
pada malam Minggu atau Sabtu Malam. Para pelakunya gerombolan bermotor.
Aksi pembacokan terjadi pada Minggu 24 Februari 2019 sekitar
pukul 00.30 WIB, di dekat kantor Camat Gunungjati, Kabupaten Cirebon.
Akibatnya,
tiga orang yakni Akbar Tanjung, Casdira dan Pendi harus mendapatkan puluhan
jahitan akibat luka robek di kepala. Para korban mengaku tidak mengenali pelaku
yang datang secara tiba-tiba dan langsung menyabetkan senjata tajam berupa
celurit.
Berikutnya,
pada Sabtu 11 Mei 2019, empat orang pemuda kembali menjadi korban ganasnya
bandit jalanan. Para korban yakni Turino (22), Carlan (22), Sadi (22) dan
Sarudi (20) harus dilarikan ke rumah sakit akibat luka bacok di kepala.
Para
korban merupakan warga Kecamatan Suranenggala dan Gunungjati, Kabupaten Cirebon
yang baru saja pulang setelah menikmati
malam minggu di Kota Cirebon.
Sesampainya
di Jalan Raya Gunungjati tepatnya di Desa Klayan, iring-iringan kendaran para
korban dipepet para pelaku yang menegndarai 8 motor. Tak lama, para pelaku
langsung menyebetkan celurit ke arah korban. Para korban dilarikan ke Rumah
Sakit Pertamina Klayan untuk mendapatkan perawatan medis.
Kapolres
Cirebon Kota AKBP Roland Ronaldy mengaku sudah memprediksi berbagai peristiwa
penganiayaan khususnya yang terjadi belakangan ini.
Ia
pun melakukan berbagai langkah untuk mengantisipasi namun hal itu belum cukup
membendung maraknya pelaku kejahatan jalanan.
“Saya
sudah saya sampaikan jauh-jauh hari, mulai dari tawuran dan segala macam.
Makanya kita lakukan berbagai tindakan, mulai dari imbauan ke guru, operasi,
melakukan penangkapan, dan penegakan hukum. Kita tidak ada toleransi walaupun
itu pelaku anak di bawah umur, itu sudah saya lakukan,” papar Roland.
Untuk
mengatasi ini semua Roland berharap perlunya peran serta semua pihak, termasuk Pemerintah Daerah
yang tidak boleh menutup mata.
“Pemda
sudah harus dan secepatnya melakukan tindakan melalui aksi dan berbagai
kebijakan. Salah satu contohnya penertiban anak jalanan atau pun remaja yang
tertangkap melakukan tawuran,” kata Roland.
Roland
kecewa para pelaku dilepas begitu saja
tanpa ada tindakan dengan pembinaan.
“Karena
kita kesulitannya itu, misal ada premanisme kemudian kita amankan, terus tidak kita
apa-apakan, harusnya Dinas Sosial disitu bergerak. Menampung kah, dibawa ke
sana, dibina, dan lain-lain. Karena kita tidak bisa apa-apa, jadi cuma nangkep,
lepaskan lagi, datakan lepaskan lagi, nggak bisa kita lakukan karena tidak ada
perbuatan. Hanya upaya pencegahan,” kata Roland.
Kapolres
ini juga tidak keberatan jika Kota Wali ini disebut rawan atau sangat rawan.
Sebab,
pelaku tidak hanya beraksi saat tengah malam dan dalam kondisi sepi. Mereka
juga tidak melihat siapa korbannya.